Mungkin sebagian orang berpikir bahwa menjadi team leader di dalam sebuah pendakian adalah hal yang sepele dan mudah, karena kita hanya tinggal mengatur jadwal, mengkomunikasikan keadaan, membagi tugas, dan mengoordinasi perjalanan.
Namun, pernahkah kita berpikir bahwa ketika sudah memutuskan untuk melakukan perjalanan di alam bebas kita bermain dengan keselamatan kita sendiri? Bahkan tidak hanya itu, keselamatan tim dapat menjadi tanggung jawab seorang team leader tersebut.
Dalam pendakian gunung banyak sekali resiko yang dihadapi dan sebagai team leader, kita tidak boleh panik ketika menghadapai resiko tersebut sewaktu di atas gunung. Maka rencana dan keputusan yang matang harus disiapkan, baik yang dalam keadaan normal maupun spontan.
Kita harus memperlihatkan sikap yang tenang dan mendorong semangat anggota tim untuk menyusun strategi baru jika terjadi sesuatu hal di dalam perjalanan.
Kita wajib untuk mengoordinir, mengomunikasikan, dan memberi perasaan yakin dan percaya diri kepada setiap anggota tim, ego harus dibuang jauh - jauh ketika kita sedang berada di alam bebas.
Apabila dalam tim ada anggota baru, terapkan filosofi pendakian, bahwa pendakian adalah bertemunya sekian banyak jiwa dari sudut bumi, bertaruh mencari semangat yang terkikis, menampilkan toleran terbaik dan menyepakati persaudaraan, tanpa perbedaan usia, strata sosial, suku dan juga agama.
Pendaki harus menepis semua dimensi yang membangun dinding pemisah. Pendaki adalah petarung moral yang sebenarnya. Karena di dalam pendakian, materi tak lagi ‘dibutuhkan’, yang ada adalah kebersamaan, tenggang rasa dan kepedulian sesama.
Sebagai team leader kita harus memahami bahwa tim pemenang harus selalu mempertahankan sikap yang hebat setelah beberapa kemenangan dan kekalahan.
Jadi, saat dapat mencapai target yang ditetapkan janganlah sombong dan berlebihan, ketika kita telah menggapai puncak tertinggi, bukan kesombongan yang dimunculkan melainkan rasa syukurlah yang harus diucapkan karena tidak semua orang dapat merasakan apa yang kita rasakan saat itu.
Dan demikian juga saat tim tidak mampu memenuhi target dan tidak sampai puncak, janganlah panik dan meragukan kekuatan tim kita, karena di setiap pendakian puncak bukan segalanya.
Ada kalanya lebih penting untuk menghargai dan menyelamatkan kehidupan kita ketimbang mengorbankan segalanya demi ambisi kita, seperti cerita dalam novel Into Thin Air yang diangkat dari kisah nyata dan catatan pribadi Jon Krakauer, wartawan dan penulis buku yang mengisahkan perjalanan menuju puncak Gunung Everest yang berakhir tragis. Kita harus menekankan kepada tim kita bahwa puncak bukanlah segalanya, dan puncak tetap bukan segalanya.
Selamat menjadi team leader yang tidak hanya dapat membawa tim kita dapat berdiri di atas tanah tertinggi, namun juga dapat kembali ke rumah dengan selamat tanpa kurang apa pun